Jumat, 09 November 2012

Bimbingan dan Konseling



 BIMBINGAN DAN KONSELING


HUBUNGAN BIMBINGAN






DISUSUN
OLEH:

         Amrina       
                                                      
DOSEN PEMBIMBING




FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN GPAI





PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

            Siswa adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik fisik maupun mentalnya. Dalam hal ini siswa membutuhkan sekali orang yang mampu membimbing dan menuntun kearah kedewasaan agar dikemudian hari tidak mengalami hambatan. Maka dari itulah di suatu sekolah sangat diperlukan seorang guru pembimbing (konselor) atau seorang guru bimbingan dan konseling (BK).
Bimbingan dan konseling berkaitan erat dengan proses pendidikan dan merupakan salah satu komponen dalam keseluruhan pendidikan. Sebagai seorang guru yang berhadapan langsung dengan anak didik, maka sangat diperlukanlah dapat memahami makna bimbingan dan konseling, serta dapat menempatkan diri secara tepat dalam pelaksanaannya dan juga guru dituntut untuk memiliki wawasan yang memadai terhadap konsep-konsep dasar bimbingan dan konseling[1].
Masyarakat awam sering kali mengidentikkan bimbingan dengan pendidikan. Padahal yang sebenarnya, itu merupakan suatu kesalahan yang besar. Bimbingan merupakan salah satu bagian yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan yang optimal, bimbingan sebagai penunjang dari ketercapaian tujuan pendidikan, bukan pendidikan itu sendiri.
Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain mengembangkan kemampuan intelektualnya. 
Dari penjelasan singkat di atas maka dapat disimpulkan bahwasanya bimbingan dan konseling sangat penting bagi setiap orang, karena pada dasarnya manusia dimana pun dia berada akan selalu menghadapi masalah dan pada hakikatnya manusia itu memerlukan bantuan untuk mengatasi suatu masalah.
B. Rumusan Masalah
            Dari uraian di atas maka terdapat beberapa masalah yang dapat kita simpulkan diantaranya:
1.      Bagaimanakah hubungan antara bimbingan dengan pendidikan ?
2.      Apakah yang dimaksud dengan pendidikan adalah proses perubahan yang terjadi di dalam diri individu ?
3.      Apakah yang dimaksud dengan pendidikan adalah petunjuk ?
4.      Apakah yang dimaksud dengan pendidikan sebagai sosialisasi  ?
5.      Apakah hubungan dari bimbingan dan tujuan hidup  ?
6.      Apakah perbedaan antara pendidikan dan bimbingan ?
7.      Bagaimanakah hubungan antara bimbingan dan disiplin ?
8.      Apakah yang dimaksud dengan bimbingan sebagai hukuman ?
9.      Apakah yang dimaksud dengan bimbingan sebagai preventif  ?
10.  Apakah peranan konselor dalam disiplin ?



      
 PEMBAHASAN

A. Hubungan bimbingan dengan pendidikan
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga ia dapat mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai tuntunan dan keadaan lingkungan keluarga dan masyarakat. Dengan demikian ia dapat mengecap kebahagiaan hidup dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kehidupan masyarakat umumnya.
Bimbingan merupakan bagian yang integral dari pendidikan, maka tujuannya harus mengikuti tujuan pendidikan.[2] Bimbingan sebagai bagian dari pendidikan memiliki tujuan khusus, yaitu membantu individu mengembangkan dirinya secara optimal sehingga ia dapat menemukan dirinya dan dapat mengadakan pemilihan keputusan dan penyesuaian diri secara efektif.
Menurut Miller yang dikutip oleh Dra. Etty Kartikawati dan Drs. Williem Lusikooy[3], mengatakan bahwa bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri dan pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimum kepada sekolah, keluarga serta masyarakat.
            Sifat hubungan bimbingan dan pendidikan telah lama menjadi pertentangan pendapat. Menurut Arthur J. Jones, dkk[4]., sudut pandangan yang berbeda-beda itu pada umumnya disebabkan oleh adanya perbedaan pengertian pendidikan. Pendidikan dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan-perubahan yang terjadi terhadap individu, petunjuk atau usaha masyarakat yang dilakukan dengan sadar untuk membimbing dan mengarahkan perkembangan fisik, mental, emosi dan moral dari individu, sehingga dapat menyesuaikan diri secara efektif dalam masyarakat.
Di dalam bidang kependidikan, bimbingan dan konseling sangat diperlukan bagi anak bimbing yang masih berada dalam masa-masa pendidikan[5]. Permasalahan dalam bidang kependidikan sangat kompleks dan penanggannya membutuhkan bimbingan dan konseling yang tepat agar anak bimbing mampu mengatasi segala kesulitan dalam bidang pendidikan, dimana pada akhirnya dapat meraih kesuksesan.

B. Pendidikan adalah Proses Perubahan yang Terjadi di Dalam Diri Individu
            Bila dipandang dari sudut ini, pendidikan sekolah adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada diri individu yang mengadakan perubahan-perubahan sendiri dalam dirinya[6]. Pada waktu lahir, manusia adalah insan yang paling tidak berdaya. Ia sama sekali tergantung pada orang lain, agar dapat melangsungkan hidupnya.
            Kebiasaan-kebiasaan haruslah dibentuk, kecakapan haruslah dipelajari dan dikembangkan, sebelum ia dianggap sanggup atau dapat berdiri sendiri dan dapat menyesuaikan diri. Apabila individu membutuhkan berbagai perubahan pada dirinya, baik fisik maupun lingkungan sosialnya, individu itu memerlukan bentuk-bentuk perubahan yang lebih banyak. Lingkungan sosial menjadi berkembang dan sangat kompleks. Semua perubahan-perubahan itu memerlukan waktu yang cukup lama dengan teknik-teknik yang khusus, demi perkembangan mereka. Jadi, pendidikan adalah proses, dimana individu mengadakan perubahan-perubahan yang perlu.
            Pendidikan pada hakikatnya dan seluruhnya adalah suatu proses individu. Pendidikan adalah perubahan-perubahan yang terjadi di dalam individu, sebagai akibat sesuatu yang dilakukan. Pendidikan adalah pembangunan suatu dunia perasaan dan kesadaran[7]. Tiap-tiap individu membangun dirinya disuatu dunia dimana ia hidup. Angan-angannya. impiannya, pikirannya dan perasaannya, serta cita-citanya dibentuk dari pengalamannya dan apa yang ia lakukan sendiri. Segala sesuatu adalah miliknya sendiri dan tiada seorang pun yang dapat mengambilnya, tanpa kehendaknya sendiri.

C. Pendidikan adalah Petunjuk
            Pendidikan yang efisien tidaklah hanya terbatas menuntut peserta didik untuk menanggapi perangsang, tetapi adanya berbagai kemungkinan ia bisa memilih sekelompok perangsangan yang diinginkan dan ia menanggapi sesuai dengan keinginannya. Peserta didik dapat menanggapi berbagai macam, yang dapat berbeda dengan tanggapan yang diinginkan dan dituntut pendidikannya. Tetapi pada kenyataannya pengajaran kita pada sekarang ini guru mewajibkan dan memompakan begitu saja materi pelajaran dan memaksakan peserta didik untuk belajar dengan cara-cara yang ditentukan oleh guru tersebut[8].
Dewasa ini banyak aliran yang menentang metode tersebut dan menggantikannya dengan metode baru yang lebih menekankan peranan peserta didik yang lebih aktif, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk mengetahui tujuan pengajaran dan menerima tujuan itu sebagai miliknya sendiri.
Jika dalam pengajaran yang memungkinkan guru membantu peserta didik untuk mengadakan pilihan tujuan pengajaran dan metode-metode belajar untuk mencapai tujuan itu, maka terdapat bimbingan, sedangkan apabila pendidik itu sendiri yang memilih tujuan dan metode belajar, maka terjadilah pengajaran, bukanlah bimbingan.

D. Pendidikan Sebagai Sosialisasi
            Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dari masyarakat untuk membimbing dan mengarahkan pertumbuhan fisik, mental, emosional dan moral individu agar individu tersebut mampu menelusuri kehidupannya yang berhasil guna bagi masyarakat dan memuaskan bagi dirinya sendiri[9].
            Sedangkan sosialisasi adalah suatu proses belajar seorang anggota masyarakat untuk menerima dan menyesuaikan diri dengan unsur-unsur kebudayaan yang berupa cara-cara bersikap, bertindak dan berinteraksi dalam masyarakat. Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia, mulai masa kanak-kanak, remaja, dewasa sampai meninggal dunia[10].
Pengertian  pendidikan menujukkan bahwa bimbingan dan pendidikan kedua-duanya searti, jika kita menekankan kebutuhan masyarakat, maka pendidikan dianggap sebagai usaha sadar untuk membantu individu.
            Jika masyarakat hanya menetapkan apa yang seharusnya diajarkan dan tidak berbuat suatu apapun untuk membantu individu, bila individu dianggap pasif maka bimbingan tidak ada kecuali dengan cara tidak langsung. Dalam beberapa hal, seluruh usaha sadar dari masyarakat untuk berupaya agar individu mencapai tujuan tertentu yang ditetapkan oleh masyarakat adalah merupakan suatu bantuan[11]. Lingkungan sosial dan fisik yang dipilih dan dikelola masyarakat dengan tujuan untuk meyakinkan, bahwa peserta didik berkembang dengan baik, kurikulum, buku-buku pelajaran, perpustakaan, semua alat atau peralatan meyakinkan agar peserta didik berkembang dengan cara tertentu.
            Bila pendidikan ditekankan hanya pada tujuan dan kebutuhan masyarakat, maka kita mungkin akan memberikan pengajaran dan bukan bimbingan, karena bimbingan mencakup bantuan dalam menetapkan pilihan. Pilihan-pilihan itu sendiri adalah bersifat individual dan merupakan perpaduan antara kebutuhan masyarakat dan kebutuhan individu. Dalam proses pemilihan, kadang-kadang kebutuhan individu lebih menonjol, dan pada saat yang lain kadang-kadang kebutuhan masyarakat yang lebih menonjol.

E. Bimbingan dan Tujuan Hidup
            Tujuan bimbingan adalah agar individu yang dibimbing dapat memahami dirinya (kemampuan, bakat, minat dan ciri-ciri kepribadian lainnya), lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat dan dunia kerja) dan kemudian dapat menyesuaikan diri dengan baik, dapat mengarahkan diri dan mengembangkan potensinya secara optimal dalam kehidupannya[12]. Lain halnya yang dikatakan oleh Drs. Dewa Ketut Sukardi, beliau mengatakan bahwa tujuan bimbingan yaitu untuk membantu individu menemukan kebutuhan-kebutuhannya, menilai potensi-potensinya dan berangsur-angsur mengembangkan tujuan hidupnya, yang dapat memuaskan secara individual dan sosial, menyusun rencana tindakan dalam mewujudkan tujuan hidupnya[13].
            Salah satu usaha bimbingan yang terpenting adalah mendidik atau mengajar individu, mencari dan memilih tujuan hidup serta mengembangkan tujuan hidupnya atau sasaran hidupnya. Di tinjau dari sudut pandang ini, maka bimbingan dan pendidikan mempunyai tujuan yang sama dan kadang-kadang memiliki metode yang sama serta memiliki hubungan yang erat.

F. Perbedaan Pendidikan dan Bimbingan
            Menurut Drs. Slameto, perbedaan antara pendidikan dan bimbingan, mungkin terletak pada[14]:
1.    Pada bimbingan : pendekatan, fokus perhatian daan titik tolak kegiatan menolong ialah si individu. Sedangkan pendidikan : terletak pada kepentingan umum (kelas, masyarakat).
2.    Perencanaan program tidak hanya mempergunakan pedoman umum, tetapi terutama pada keadaan, kebutuhan dan persoalan individu anak didik, sekolah dan situasi khusus tertentu.
3.    Individu atau anak didik dibantu untuk dapat mewujudkan semaksimal mungkin (menurut potensi individu) tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
4.    Kedewasaan yang ingin dicapai oleh pendidikan karenanya menurut bimbingan perlu dipertemukan (mencakup) kebahagiaan hidup individu; ini tentu tidak terlepas dari persoalan pengembangan kesanggupan individu untuk berdiri sendiri ditinjau dari segi social ekonomi, pribadi, pertanggungjawaban susila dan lain-lain.
5.    Pertolongan kepada individu tidak boleh berat sebelah kepada salah satu segi, tetapi kebulatan, integrasi dan harmoni dari semua aspek individu perlu mendapat perhatian.

G. Hubungan antara Bimbingan dan Disiplin
            Bimbingan berfungsi dalam segala macam situasi persoalan, pada masa lampau, kini ataupun masa yang akan datang. Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh semua pihak dan dapat terjadi dimana saja apabila ada masalah untuk dipecahkan di dalam pendidikan, interaksi belajar mengajar, pengawasan ataupun disiplin. Pada hakikatnya disiplin memberikan sauatu sumbangan yang berarti dan bermakna bagi bimbingan.
            Disiplin memiliki dua arti yang berbeda, tetapi keduanya mempunyai hubungan yang berarti, yaitu[15]:
1.    Disiplin dapat diartikan sebagai suatu rentetan aktivitas atau latihan yang berencana, yang dianggap perlu dan penting untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
2.    Disiplin berarti hukuman terhadap perilaku yang dianggap tidak diinginkan. Kegagalan untuk mencapai standar yang ditentukan sekolah atau melanggar ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang berlaku terhadap perilaku itu.
Kedua pengertian diatas mempunyai kaitan yang erat antara satu dengan yang lainnya dan bimbingan mempunyai fungsi yang unik didalamnya. Bimbingan dapat membantu menetapkan tujuan serta mengembangkan program kegiatan untuk mencapai tujuan itu. Bantuan ini dapat menyadarkan individu dan mendorong serta memberi alasan pada individu untuk memelihara dan menjaga aktivitas dan latihan-latihan yang penting dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
           
H. Bimbingan Sebagai Hukuman
            Hukuman merupakan penderitaan yang diberikan atau ditimbulkan dengan sengaja oleh seseorang (orang tua, guru dan sebagainya) sesudah terjadi suatu pelanggaran, kejahatan atau kesalahan[16].
Bila disiplin diartikan sebagai hukuman yang diberikan oleh beberapa orang yang memiliki otoritas terhadap perilaku yang tidak dapat diterima, maka bimbingan mungkin dapat membantu peserta didik memahami mengapa perilakunya tidak dapat diterima.
Tanggung jawab untuk membantu peserta didik di dalam masalah-masalah disiplin baik dalam arti positif maupun dalam arti negatif terletak pada staf sekolah dan para guru. Guru bertanggung jawab untuk membantu peserta didik di dalam kelas atau dalam mata pelajaran untuk mengerti materi pengajaran, mengerjakan latihan-latihan yang ditugaskan, mencapai tujuan-tujuan yang ditetapkan. Mereka harus memberikan motivasi yang diperlukan untuk mencapai sasaran itu dan memberikan hukuman-hukuman yang diperkirakan perlu untuk mencegah kegagalan studi peserta didik.
                       
I. Bimbingan Sebagai Preventif
Bimbingan yang bersifat preventif (pencegahan) merupakan usaha untuk mencegah timbulnya kesulitan atau masalah pada siswa. Guru memberikan bantuan bagi siswa agar terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangannya[17]. Hal-hal yang dapat menghambat seperti kesulitan belajar, kekurangan informasi, masalah sosial, dll.
Sedangkan Drs. Slameto[18] mengatakan, bahwa bimbingan preventif ini akan menolong seseorang sebelum seseorang mengahadapi masalah. Caranya ialah dengan menghindari masalah itu (kalau mungkin), mempersiapkan orang itu untuk menghadapi masalah yang pasti akan dihadapi dengan memberikan bekal pengetahuan, pemahaman sikap dan keterampilan untuk mengatasi masalah.
Jadi dapat disimpulkan bahwa bimbingan yang bersifat preventif (pencegahan) adalah pemberian bantuan kepada peserta didik sebelum menghadapi kesulitan atau persoalan yang serius yang dilakukan oleh seorang guru (konselor).

J. Peran Konselor dalam Disiplin
            Konselor merupakan petugas professional, yang secara formal mereka telah disiapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang. Mereka didik untuk menguasai kompetensi yang diperlukan bagi pekerjaan bimbingan dan konseling[19].
            Para ahli yang terlibat dalam profesi bimbingan telah mufakat agar para konselor sebaiknya tidaklah diberikan tanggung jawab dalam menghukum anak. Sebaiknya para konselor menjadi pembela terhukum dan mencari jalan untuk membebaskan anak tersebut dari hukuman dan menemukan alas an-alasan anak melakukan pelanggaran. Konselor dapat membantu anak yang salah atau melakukan pelanggaran untuk mengerti dan menyadari, serta mengakui kesalahannya secara terus terang. Jadi dapat diketahui bahwa konselor memiliki tanggung jawab tertentu dalam bidang disiplin dan mampu mengkonstribusikan bantuannya dengan sungguh-sungguh pada para siswa dan sekolah dengan membantu para siswanya memahami dan mengubah perilakunya yang asosial.



KESIMPULAN

1.        Bimbingan adalah proses bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman diri untuk melakukan penyesuaian diri kepada sekolah, keluarga, dll.
2.        Pendidikan adalah proses perubahan yang terjadi di dalam diri individu, sebagai akibat atau sesuatu yang dilakukan.
3.        Pendidikan adalah petunjuk, tidak hanya terbatas pada menuntut peserta didik untuk menanggapi perangsang, tetapi kemungkinan ia bisa memilih sekelompok perangsangan dan ia dapat menanggapi keinginannya.
4.                  Pendidikan sebagai sosialisasi, bila pendidikan ditekankan hanya pada tujuan dan kebutuhan masyarakat, maka kita mungkin akan memberikan pengajaran dan bukan bimbingan.
5.                  Bimbingan dan tujuan hidup, bagi individu atau anak didik dibantu untuk dapat mewujudkan semaksimal mungkin  tujuan pendidikan yang ingin dicapai.
6.                  Pada bimbingan: pendekatan dan titik tolak kegiatan menolong ialah si individu. Sedangkan pendidikan: terletak pada kepentingan umum.
7.                  Hubungan antara bimbingan dan disiplin adalah bantuan yang diberikan oleh semua pihak dan dapat terjadi dimana saja.
8.                  Bimbingan sebagai hukuman, dapat hukuman diartikan sebagai disiplin, sedangkan bimbingan mungkin dapat membantu peserta didik memahami mengapa perilakunya tidak dapat diterima.
9.                  Bimbingan sebagai preventif, merupakan usaha untuk mencegah timbulnya kesulitan atau masalah pada siswa.
10.              Peran konselor dalam disiplin, yaitu bertanggung jawab dengan sungguh-sungguh pada para siswa dan sekolah dengan membantu para siswanya memahami dan mengubah perilakunya yang asosial.



DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. 2010. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: AMZAH.

Kartikawati, Etty dan Williem Lusikooy. 1993. Materi Pokok Profesi Keguruan. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud.

Purwanto, M. Ngalim. 2004. Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Samuel, Hanneman dan Azis Suganda. 1997. Sosiologi 1. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Slameto. 1988. Bimbingan di Sekolah. Jakarta: Bina Aksara.

Sukardi, Dewa Ketut. 1988. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Bina Aksara.

----------------------------. 1985. Pengantar Teori Konseling. Denpasar: Ghalia Indonesia.

Suryana, Ermis. 2010. Bimbingan dan Konseling. Palembang: Grafika Telindo.


[1] Dra. Etty Kartikawati dan Drs. Williem Lusikooy, Materi Pokok Profesi Keguruan, (Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud, 1993), hal. 39.
[2] Drs. Slameto, Bimbingan di Sekolah, (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 30.
[3] Dra. Etty Kartikawati dan Drs. Williem Lusikooy, Op. Cit., hal. 41.
[4] Arthur J. Jones, di dalam Ermis Suryana, S. Ag., Bimbingan dan Konseling, (Palembang: Grafika Telindo, 2010), hal. 13.
[5] Drs. Samsul Munir Amin, M. A. Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: AMZAH, 2010), hal. 111-112.
[6] Ermis Suryana, S. Ag., Op. Cit., hal. 14.
[7] Ibid., hal. 15.
[8] Ibid., hal. 15-16.
[9] Drs. Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan dan Konseling. (Jakarta: Bina Aksara, 1988), hal. 23.
[10] Hanneman Samuel dan Azis Suganda, Sosiologi 1, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997), hal. 53-54.
[11] Drs. Dewa Ketut Sukardi, Op. Cit.,  hal. 23-24.
[12] Etty Kartikawati dan Drs. Williem Lusikooy, Op. Cit., hal. 44.
[13] Drs. Dewa Ketut Sukardi, Op. Cit.,  hal. 25.
[14] Drs. Slameto, Op. Cit., hal. 33.
[15] Drs. Dewa Ketut Sukardi, Op. Cit.,  hal. 27-28.
[16] Drs. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004), hal. 186.
[17] Dra. Etty Kartikawati dan Drs. Williem Lusikooy, Op. Cit., hal. 46.
[18] Drs. Slameto, Op. Cit., hal. 34.
[19] Drs. Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Teori Konseling, (Denpasar : Ghalia Indonesia, 1985). hal. 19.

Tidak ada komentar: