Selasa, 19 Februari 2013

KaSus





STUDI KASUS TERHADAP SISWA YANG KELUARGANYA BERPOLIGAMI



 A.  Deskripsi Kasus dari Orang tua
            Sebagian besar waktu yang digunakan oleh anak-anak ialah tinggal dirumah. Karena anak-anak itu banyak tinggal dirumah, maka situasi rumah tangga banyak sekali mempengaruhi mereka. Bila setiap kali anak membuka matanya yang dilhatnya adalah pertengkaran, ia akan segera meninggalkan rumah. Rumah itu dirasakannya pengap, sempit dan panas, walaupun rumah itu sangat mewah yang dilengkapi dengan fasilitas serba ada. Ia pergi ke rumah orang lain untuk mencari teman bermain dan berteduh sekiranya teman-temannya itu kurang baik, hal tersebut akan mempengaruhi sikap dari anak tersebut.
            Cekcok ayah dan ibu tidak sekedar membuat gelisah anak-anak. Cekcok itu juga menimbulkan dampak psikologis yang buruk pada anak-anak. Mereka merasa kurang aman karena pelindungnya ternyata tidak akur. Mereka mengindolakan ayah dan ibunya, tetapi ternyata idola itu tidak harmonis. Mereka ingin belajar pada ayah dan ibunya tetapi apa yang akan di dapat bila ayah dan ibu itu cekcok melulu. Mereka malu pada teman-temannya bila ketahuan ayah dan ibunya terlalu banyak “berdiskusi dengan piring-piring atau gelas-gelas di dalam rumahnya”. Rasa rendah diri, rasa malu, rasa tidak berharga dan lain-lain dapat saja menghinggapi anak tersebut.
            Salah satu sebab percekcokkan yang serius ialah suami ingin kawin lagi dengan perempuan yang lebih cantik, padahal jika suami pandai bersyukur dengan istrinya yang ada di rumah tidak akan terjadinya poligami tersebut dan terkadang percekcokkan tersebut berakhir dengan kata “perceraian”.

B.  Identifikasi Siswa
1.   Identifikasi Diri Siswa
      Nama                                 : Laura (Bukan Nama Sebenarnya)
      Kelas                                 : XI. IPS 1
      Tempat, Tanggal Lahir        : Palembang, 28 Agustus 1994
      Agama                               : Islam
      Jenis Kelamin                     : Perempuan
      Alamat                               : Jalan Kemuning  Ceplok


2.   Identifikasi Orang Tua
      a.   Ayah                                         : Subhan (Bukan Nama Sebenarnya)
           Umur / TTL                               : 39 tahun / Campang Tiga, 28 Maret 1973
           Pendidikan                                : SMA
           Pekerjaan                                  : Pedagang
           Hubungan dengan Anak : Anak Kandung
            Alamat                                     : Jalan Kemuning  Ceplok
      b. Ibu                                            : Marlina (Bukan Nama Sebenarnya)
           Umur                                         : 38 Tahun / Palembang, 03 Maret 1974
           Pendidikan                                : SMP
           Pekerjaan                                  : Ibu Rumah Tangga
            Alamat                                     : Jalan Kemuning Ceplok

C. Gambaran Masalah
           Laura (Bukan Nama Sebenarnya) adalah salah satu siswi kelas XI SMA Swasta di Kota Palembang. Laura merupakan anak pertama dari pasangan Subhan (Bukan Nama Sebenarnya) dan Marlina (Bukan Nama Sebenarnya), yang bekerja sebagai pedagang yang sukses. Sebagai seorang putri sulung semua keinginannya selalu diikuti oleh orangtuanya yang tergolong mapan tersebut. Jadi dia cenderung menjadi siswi yang egois dan ingin menang sendiri. Sebagai seorang kakak dari dua orang adiknya sikapnya pun tidak mencerminkan sebagai seorang kakak. Hal itu lebih diperparah lagi ketika ayahnya memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang gadis muda. Selain Laura, ibunya pun tidak mau menerima semuanya itu, sehingga ibunya pun juga jarang berada di rumah mencari sebuah kesenangan di luar rumah, seperti ke clubbing (dunia malam) atau bahkan pacaran lagi atau “main serong” dengan laki-laki lain tanpa sepengetahuan suaminya. Dengan suasana rumah yang semakin kacau, sikap dari Laura pun tambah menjadi-jadi, seperti:
1.      Sekarang ini Laura cenderung memilih teman dari kalangan orang kaya saja, akibatnya dia cenderung hidup mewah.
2.      Di dalam proses belajar mengajar Laura susah memahami materi pelajaran.
3.      Jika ulangan harian atau mengerjakan pekerjaan rumah tidak mau meneliti jawabannya sehingga nilainya selalu jelek.
4.      Tidak mau menuruti nasehat gurunya.
5.      Suka bolos sekolah.
6.      Selalu mencari perhatian orang-orang dilingkungan sekolah, seperti: dengan membuat masalah disekolah (berkelahi) sehingga meresahkan guru dan teman-temannya.
7.      Selain itu dirumah juga selalu membuat keonaran, seperti: membuka lagu atau radio besar-besar sampai tengah malam atau bahkan membuat pesta yang sangat tidak bermanfaat sampai tengah malam dengan mengumpulkan berbagai macam temannya. 
8.      Selain mengadakan party Laura juga sering keluar malam.
            Padahal sebelumnya di kelas X Laura tergolong anak yang baik, cerdas, suka mematuhi peraturan sekolah, rajin mengikuti kegiatan sekolah, menurut perintah guru dan juga tidak pernah memilih-milih teman bermain.
            Jika ayahnya tidak di rumah istri mudanya atau pulang ke rumah, sikapnya Laura menjadi anak yang manis lagi, mau mengerjakan pekerjaan rumahnya, mau membantu pembantunya mencuci piring, menyapu dan lain-lain serta juga menurut semua kehendak ayahnya.
            Berdasarkan deskripsi kasus orangtuanya beserta gambaran masalah dari Laura, sebagai seorang guru bimbingan dan konseling (konselor) harus mencoba membantu masalah yang dihadapi oleh siswi tersebut. Tujuan dari bimbingan dan konseling salah satunya adalah mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh siswi yang bermasalah tersebut. Sebagai seorang konselor mengidentifikasi dan memecahkan masalah dari siswi tersebut sangat penting, seperti seorang konselor melakukan pendekatan dengan kliennya melalui bincang-bincang mengenai mengapa dia sekarang ini sering berbuat onar, jarang sekolah dan lain-lain. Selain hal itu konselor juga mengajak kliennya untuk berbincang-bincang mengenai masalah yang dihadapinya, sehingga memudahkan konselor untuk mengetahui pribadi siswa dan masalah yang sedang dihadapinya serta mempermudah memberikan bantuan dan bimbingan. Adapun upaya pengumpulan data yang digunakan oleh konselor adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
1.   Berdasarkan Observasi di Sekolah
      a.  Kepribadian
Kepribadian dari klien sebenarnya baik, itu dibuktikan jika ayahnya pulang ke rumah dia menjadi anak yang penurut, tetapi klien kurang teliti dalam mengerjakan sesuatu. Dia  selalu ingin semua keinginannya dituruti, dan dia juga cenderung untuk memilih-milih teman.
      b. Tingkah Laku
Sebenarnya tingkah laku klien pada awalnya sangat sopan terhadap guru dan teman-temannya, tetapi semenjak masalah yang melandanya sikapnya sangat sulit dikendalikan. Dia cenderung ingin mencari perhatian dari orang lain.
      c. Hubungan dengan guru
Klien sangat susah untuk dikendalikan, selalu membantah nasehat guru dan selalu bolos sekolah, pada intinya hubungan dengan guru sangat tidak baik.
 2.   Berdasarkan Wawancara
      a.  Latar Belakang Keluarga
Klien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai pedagang yang sukses sedangkan ibunya sebagai ibu rumah tangga. Klien dan keluarganya tinggal di Kelurahan Silaberanti. Orang tuanya tergolong mapan dan rumahnya sangat mewah. Di dalam lingkungan desa pada awalnya klien sangatlah bersosialisasi dengan masyarakat sekitarnya, tetapi karena masalah orang tuanya klien cenderung menutup diri. Dan hanya bergaul dengan saudaranya saja dan juga pembantunya.
      b. Minat
Di dalam proses pembelajaran klien sangat berminat dengan pelajaran sejarah, kesenian dan olahraga, hal ini terbukti jika ada pelajaran ketiganya dia tidak pernah bolos sekolah.
      c.  Kebiasaan klien dirumah
Walaupun klien di rumah cenderung egois dan ingin menang sendiri, tetapi ternyata klien sangatlah care dengan adik-adiknya. Jika adik-adiknya memerlukan pertolongan dari klien. Klien tidak segan-segan membantunya.
       d. Hobby klien
Dengan melakukan wawancara tertutup melalui adik-adiknya dan pembantunya ternyata klien mempunyai hobby menggambar dan menulis ketika klien merasa kesepian dan sedih, selain hobby-nya yang lain yaitu mendengarkan musik.
 3.   Berdasarkan studi dokumentasi
      a. Hasil Nilai Raport
Hasil nilai raport yang diterima klien kurang baik. Nilai raport dari kelas X semester I sampai semester II, nilai klien mengalami penurunan yang drastis.
      b. Absensi Siswa
Klien termasuk anak yang pemalas dating kesekolahan, tetapi jika dia menyukai suatu mata pelajaran maka klien akan masuk sekolah terus.

D. Teknik Pemecahan Masalah
      1.  Terhadap Klien
a. Memberikan bimbingan yang luas pada klien yang berhubungan dengan pendidikan sehingga dapat menimbulkan minat dan memotivasi untuk semangat belajar dan sekolah.
b.  Memberi pengarahan pada klien bahwa sikapnya yang semaunya sendiri menimbulkan kerugian pada diri sendiri.
c. Menasehati klien untuk tidak terlalu manja kepada siapapun dan semestinya sebagai anak sulung, klien harus mencontohkan prilaku yang terpuji kepada adik-adiknya.
d. Menasehati klien agar lebih rajin lagi sekolah dan belajar.
e. Memberikan pengarahan dan penjelasan agar klien memperhatikan penjelasan dari guru.
f.   Menasehati klien agar meningkatkan prilaku kemandiriannya dengan berusaha meningkatkan sikap tanggung jawab atas tindakannya, berusaha untuk bersikap tegar dan tidak mudah dipengaruhi orang lain, konsukuen terhadap tindakannya dan mampu menunjukkan kontrol diri terhadap perilakunya supaya bisa hidup mandiri.

2. Terhadap Orang Tua
a. Memberikan penjelasan kepada orang tua yang berpoligami diusahakan untuk selalu membimbing dan memberikan arahan kepada anaknya terutama dalam proses menuju kemandirian agar menjadi pribadi yang mantap.
b. Memberikan penjelasan kepada orang tua agar menanamkan pada diri klien sikap menghormati dan menghargai orang lain.
c. Memberikan penjelasan kepada orang tua bahwa seorang anak itu tidak hanya memerlukan sebuah materi saja di dalam hidupnya, tetapi juga kasih sayang, perhatian dari kedua orang tuanya agar anak tersebut menjadi anak yang lebih kuat.
d. Memberikan penjelasan pada orang tua agar selalu memperingatkan klien untuk belajar dan selalu menasehati dan memberikan dorongan pada klien untuk selalu rajin belajar.
e. Memberikan penjelasan pada orang tua agar selalu memperhatikan kebutuhan sosial anak.
     
      3. Terhadap Teman Klien
        a. Menasehati teman-teman klien untuk tidak menjauhi klien yang sering bersifat egois tersebut, malahan
            membantu klien untuk berusaha menjadi anak yang sabar.
        b. Menasehati teman-teman klien agar mau menegur dan menasehati klien bila melakukan sebuah
            penyelewengan-penyelewengan.
c. Menasehati teman-teman klien agar mau membantu klien bila ada kesulitan dalam belajar.

Senin, 18 Februari 2013

Metode


 MeTode OuTBound TraiNing

sumber : sinergindonesia.com


Ada banyak cara provider outbound training melakukan kegiatan outboundnya. Metode yang biasa digunakan dalam pelatihan outbound training adalah :

1. Permainan kelompok
Dalam suatu kegiatan outbound training, banyak sekali permainan-permainan yang dilakukan secara berkelompok, baik yang sifatnya fun game maupun bersifat middle game. Beberapa permainan outbound yang biasa dilakukan secara berkelompok diantaranya :
-          Human ladder
-          Ring berpindah
-          Hunter my name
-          Mutiara dalam kerang
-          Hollahop/webbing berantai
-          All stand up
-          Frantic ballon
-          Train ballon
-          Ball tossing
-          Dan lain-lain

2. Kerja kelompok
Dalam suatu kegiatan outbound training, kerja kelompok  biasa dikerjakan untuk mensimulasikan kehidupan yang nyata dalam permainan-permainan sederhana dalam kegiatan outbound. Beberapa kegiatan outbound yang mensimulasikan kegiatan ini diantaranya :
-          Human ladder
-          Time boom
-          Pipa bocor
-          Pulau terkecil
-          Escsape from the island
-          Pulau terkecil
-          Crocodille river
-          Dan lain-lain

3. Petualangan individual
Petualangan individual perlu dilakukan dalam kegiatan outbound training untuk memberikan pengalaman baru pada para peserta outbound, menambah keberanian, cepat mengambil keputusan dan menambah rasa kemanusiaan. Game dalam petualangan individu biasa ada dalam permaianan high rope maupun permainan outbound lainnya. Diantaranya :
-          Flying fox
-          Two line bridge
-          Jembatan elvis
-          Solo camp
-          Repeling
-          Paralayang
-          Airsoftgun
-          Paint ball
-          dll
4. Ceramah (keterkaitan antara kegiatan simulasi dengan prinsip manajemen)
Ceramah biasa dilakukan dalam kegiatan outbound training di malam hari.

5. Diskusi
Dalam suatu kegiatan outbound traning, diskusi diperlukan untuk memecahkan masalah yang ada, sehingga tujuan/goal dari outbound training yang dilakukan bisa tercapai


 sumber : moveindonesia.wordpress.com



Rabu, 02 Januari 2013

10 Trik Sukses dalam Belajar

Buat anak kuLiahan, sekarangkan sedang musim UAS,, saya ada sedikit trik agar kita sukses dalam belakar,,, eittssss,, salah,, belajar :) Agar sukses dalam belajar dibawah ini saya akan mencoba memposting 10 trik sukses dalam belajar,, dibaca yah,, ^_^

1.Jangan pernah menumpuk pelajaran dalam satu sesi
Siswa yang berhasil dalam belajar biasanya memiliki periode waktu atau jadwal belajar yang lebih singkat dan efektif. Mereka tidak pernah mencoba belajar dengan "sistem kebut semalam." Jika Anda ingin menjadi siswa yang sukses, maka Anda perlu belajar dengan konsisten. Anda juga harus memiliki waktu yang teratur, meski pun sesi belajar yang lebih pendek.

2. Rencanakan waktu belajar
Siswa yang sukses memiliki jadwal belajar yang spesifik. Mereka akan menyelesaikan tugas studi mereka dan tetap konsisten dengan jadwal yang mereka tulis. Siswa yang belajar dengan cara sporadis dan main-main tidak akan mudah berhasil dibandingkan siswa yang memiliki jadwal belajar.

3. Belajar di waktu yang sama

Selain perencanaan, belajar dengan rutin juga dapat memberikan efek positif dalam diri Anda. Ketika Anda belajar pada saat yang sama setiap hari, hal itu akan menjadi kebiasaan dalam hidup Anda, sehingga secara mental dan emosional lebih siap untuk belajar dan setiap sesi belajar akan menjadi lebih produktif. 

4. Belajar dengan memiliki tujuan
Belajar tanpa arah dan tujuan tidak akan pernah efektif. Anda harus tahu persis apa yang menjadi tujuan Anda dalam belajar. Sebelum belajar, tentukanlah target apa yang harus Anda capai dalam sesi tersebut. Misalnya, menghapal 30 kosakata bahasa Spanyol dalam satu sesi belajar.

5. Jangan pernah menunda waktu belajar yang sudah direncanakan
Sangat mudah bagi Anda untuk menunda sesi belajar yang sudah ditentukan. Apalagi, jika Anda kurang berminat pada pelajaran tersebut. Siswa yang ingin berhasil tidak boleh menunda waktu belajar. Jika Anda menunda jadwal bejar, seterusnya Anda akan menjadi kurang efektif dalam menerima materi pelajaran.

6. Mulailah dengan subjek yang paling sulit terlebih dahulu
Carilah subjek pelajaran tersulit dan lebih membutuhkan upaya serta energi yang besar dalam menyelesaikannya. Setelah Anda menyelesaikan tugas tersebut, Anda akan lebih mudah untuk menyelesaikan sisa tugas. Percaya atau tidak, dimulai dengan pekerjaan yang paling sulit akan sangat meningkatkan efektivitas sesi belajar dan prestasi akademis Anda. 

7. Tinjaulah kembali catatan Anda 
Tinjaulah segala catatan Anda di kelas terlebih dahulu. Sebelum Anda menulis segala catatan yang baru, tinjaulah hasil catatan Anda secara menyeluruh untuk memastikan bagaimana menyelesaikan tugas dengan benar.

8. Pastikan tidak ada gangguan dalam belajar
Ketika Anda terganggu saat belajar, Anda akan kehilangan dan memecahkan konsentrasi belajar. Untuk itu, sebelum Anda mulai belajar, temukanlah tempat di mana Anda tidak akan terganggu.

9. Gunakan kelompok belajar efektif

Pernahkah Anda mendengar kalimat "Dua kepala lebih baik dari satu?". Pernyataan tersebut dapat dibenarkan dalam situasi belajar. Bekerja dalam kelompok memungkinkan Anda untuk mendapatkan bantuan dari siswa lain ketika Anda kesulitan memahami konsep,  menyelesaikan tugas lebih cepat, dan membantu siswa lain dan diri Anda sendiri dalam menginternalisasi subjek materi. Namun, kelompok belajar bisa menjadi sangat tidak efektif jika mereka tidak terstruktur.

10. Tinjau kembali catatan sekolah dan bahan-bahan kelas Anda selama akhir pekan
Siswa yang berhasil meninjau kembali apa yang telah mereka kerjakan selama seminggu pada akhir pekan, akan membantu mereka untuk merumuskan jadwal selanjutnya secara lebih efektif.

(sumber : Kompas)