STUDI KASUS TERHADAP SISWA YANG KELUARGANYA
BERPOLIGAMI
A. Deskripsi Kasus dari Orang tua
Sebagian
besar waktu yang digunakan oleh anak-anak ialah tinggal dirumah. Karena
anak-anak itu banyak tinggal dirumah, maka situasi rumah tangga banyak sekali
mempengaruhi mereka. Bila setiap kali anak membuka matanya yang dilhatnya
adalah pertengkaran, ia akan segera meninggalkan rumah. Rumah itu dirasakannya
pengap, sempit dan panas, walaupun rumah itu sangat mewah yang dilengkapi
dengan fasilitas serba ada. Ia pergi ke rumah orang lain untuk mencari teman
bermain dan berteduh sekiranya teman-temannya itu kurang baik, hal tersebut
akan mempengaruhi sikap dari anak tersebut.
Cekcok
ayah dan ibu tidak sekedar membuat gelisah anak-anak. Cekcok itu juga menimbulkan
dampak psikologis yang buruk pada anak-anak. Mereka merasa kurang aman karena
pelindungnya ternyata tidak akur. Mereka mengindolakan ayah dan ibunya, tetapi
ternyata idola itu tidak harmonis. Mereka ingin belajar pada ayah dan ibunya
tetapi apa yang akan di dapat bila ayah dan ibu itu cekcok melulu. Mereka malu
pada teman-temannya bila ketahuan ayah dan ibunya terlalu banyak “berdiskusi
dengan piring-piring atau gelas-gelas di dalam rumahnya”. Rasa rendah diri, rasa
malu, rasa tidak berharga dan lain-lain dapat saja menghinggapi anak tersebut.
Salah
satu sebab percekcokkan yang serius ialah suami ingin kawin lagi dengan
perempuan yang lebih cantik, padahal jika suami pandai bersyukur dengan
istrinya yang ada di rumah tidak akan terjadinya poligami tersebut dan
terkadang percekcokkan tersebut berakhir dengan kata “perceraian”.
B. Identifikasi Siswa
1.
Identifikasi Diri Siswa
Nama :
Laura (Bukan Nama Sebenarnya)
Kelas :
XI. IPS 1
Tempat, Tanggal Lahir :
Palembang, 28 Agustus 1994
Agama :
Islam
Jenis Kelamin :
Perempuan
Alamat : Jalan Kemuning Ceplok
2. Identifikasi Orang Tua
a. Ayah :
Subhan (Bukan Nama Sebenarnya)
Umur / TTL : 39 tahun / Campang Tiga, 28 Maret
1973
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pedagang
Hubungan dengan Anak : Anak Kandung
Alamat : Jalan Kemuning Ceplok
b. Ibu :
Marlina (Bukan Nama Sebenarnya)
Umur : 38 Tahun / Palembang, 03 Maret
1974
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga
Alamat : Jalan Kemuning Ceplok
C. Gambaran Masalah
Laura
(Bukan Nama Sebenarnya) adalah salah satu siswi kelas XI SMA Swasta di Kota
Palembang. Laura merupakan anak pertama dari pasangan Subhan (Bukan Nama
Sebenarnya) dan Marlina (Bukan Nama Sebenarnya), yang bekerja sebagai pedagang yang
sukses. Sebagai seorang putri sulung semua keinginannya selalu diikuti oleh
orangtuanya yang tergolong mapan tersebut. Jadi dia cenderung menjadi siswi
yang egois dan ingin menang sendiri. Sebagai seorang kakak dari dua orang
adiknya sikapnya pun tidak mencerminkan sebagai seorang kakak. Hal itu lebih
diperparah lagi ketika ayahnya memutuskan untuk menikah lagi dengan seorang
gadis muda. Selain Laura, ibunya pun tidak mau menerima semuanya itu, sehingga
ibunya pun juga jarang berada di rumah mencari sebuah kesenangan di luar rumah,
seperti ke clubbing (dunia malam)
atau bahkan pacaran lagi atau “main serong” dengan laki-laki lain tanpa
sepengetahuan suaminya. Dengan suasana rumah yang semakin kacau, sikap dari
Laura pun tambah menjadi-jadi, seperti:
1.
Sekarang ini Laura cenderung memilih teman dari
kalangan orang kaya saja, akibatnya dia cenderung hidup mewah.
2.
Di dalam proses belajar mengajar Laura susah
memahami materi pelajaran.
3.
Jika ulangan harian atau mengerjakan pekerjaan
rumah tidak mau meneliti jawabannya sehingga nilainya selalu jelek.
4.
Tidak mau menuruti nasehat gurunya.
5.
Suka bolos sekolah.
6.
Selalu mencari perhatian orang-orang
dilingkungan sekolah, seperti: dengan membuat masalah disekolah (berkelahi)
sehingga meresahkan guru dan teman-temannya.
7.
Selain itu dirumah juga selalu membuat keonaran,
seperti: membuka lagu atau radio besar-besar sampai tengah malam atau bahkan
membuat pesta yang sangat tidak bermanfaat sampai tengah malam dengan
mengumpulkan berbagai macam temannya.
8.
Selain mengadakan party Laura juga sering keluar malam.
Padahal sebelumnya
di kelas X Laura tergolong anak yang baik, cerdas, suka mematuhi peraturan
sekolah, rajin mengikuti kegiatan sekolah, menurut perintah guru dan juga tidak
pernah memilih-milih teman bermain.
Jika ayahnya tidak di rumah istri mudanya atau pulang ke
rumah, sikapnya Laura menjadi anak yang manis lagi, mau mengerjakan pekerjaan
rumahnya, mau membantu pembantunya mencuci piring, menyapu dan lain-lain serta
juga menurut semua kehendak ayahnya.
Berdasarkan deskripsi kasus orangtuanya beserta gambaran
masalah dari Laura, sebagai seorang guru bimbingan dan konseling (konselor) harus
mencoba membantu masalah yang dihadapi oleh siswi tersebut. Tujuan dari
bimbingan dan konseling salah satunya adalah mengidentifikasi dan memecahkan
masalah yang dihadapi oleh siswi yang bermasalah tersebut. Sebagai seorang
konselor mengidentifikasi dan memecahkan masalah dari siswi tersebut sangat
penting, seperti seorang konselor melakukan pendekatan dengan kliennya melalui
bincang-bincang mengenai mengapa dia sekarang ini sering berbuat onar, jarang
sekolah dan lain-lain. Selain hal itu konselor juga mengajak kliennya untuk
berbincang-bincang mengenai masalah yang dihadapinya, sehingga memudahkan
konselor untuk mengetahui pribadi siswa dan masalah yang sedang dihadapinya
serta mempermudah memberikan bantuan dan bimbingan. Adapun upaya pengumpulan
data yang digunakan oleh konselor adalah observasi, wawancara dan dokumentasi.
1. Berdasarkan Observasi di Sekolah
a. Kepribadian
Kepribadian dari klien sebenarnya baik, itu
dibuktikan jika ayahnya pulang ke rumah dia menjadi anak yang penurut, tetapi
klien kurang teliti dalam mengerjakan sesuatu. Dia selalu ingin semua keinginannya dituruti, dan
dia juga cenderung untuk memilih-milih teman.
b. Tingkah Laku
Sebenarnya tingkah laku klien pada awalnya
sangat sopan terhadap guru dan teman-temannya, tetapi semenjak masalah yang
melandanya sikapnya sangat sulit dikendalikan. Dia cenderung ingin mencari
perhatian dari orang lain.
c. Hubungan dengan guru
Klien sangat susah untuk dikendalikan, selalu
membantah nasehat guru dan selalu bolos sekolah, pada intinya hubungan dengan
guru sangat tidak baik.
2. Berdasarkan Wawancara
a. Latar Belakang
Keluarga
Klien merupakan anak pertama dari tiga
bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai pedagang yang sukses sedangkan ibunya
sebagai ibu rumah tangga. Klien dan keluarganya tinggal di Kelurahan
Silaberanti. Orang tuanya tergolong mapan dan rumahnya sangat mewah. Di dalam
lingkungan desa pada awalnya klien sangatlah bersosialisasi dengan masyarakat
sekitarnya, tetapi karena masalah orang tuanya klien cenderung menutup diri.
Dan hanya bergaul dengan saudaranya saja dan juga pembantunya.
b. Minat
Di dalam proses pembelajaran klien sangat
berminat dengan pelajaran sejarah, kesenian dan olahraga, hal ini terbukti jika
ada pelajaran ketiganya dia tidak pernah bolos sekolah.
c. Kebiasaan klien
dirumah
Walaupun klien di rumah cenderung egois dan
ingin menang sendiri, tetapi ternyata klien sangatlah care dengan adik-adiknya. Jika adik-adiknya memerlukan pertolongan
dari klien. Klien tidak segan-segan membantunya.
d. Hobby klien
Dengan melakukan wawancara tertutup melalui
adik-adiknya dan pembantunya ternyata klien mempunyai hobby menggambar dan menulis ketika klien merasa kesepian dan
sedih, selain hobby-nya yang lain
yaitu mendengarkan musik.
3. Berdasarkan studi dokumentasi
a. Hasil Nilai Raport
Hasil nilai raport yang diterima klien kurang
baik. Nilai raport dari kelas X semester I sampai semester II, nilai klien
mengalami penurunan yang drastis.
b. Absensi Siswa
Klien termasuk anak yang pemalas dating
kesekolahan, tetapi jika dia menyukai suatu mata pelajaran maka klien akan masuk
sekolah terus.
D.
Teknik Pemecahan Masalah
1. Terhadap Klien
a. Memberikan bimbingan yang
luas pada klien yang berhubungan dengan pendidikan sehingga dapat menimbulkan
minat dan memotivasi untuk semangat belajar dan sekolah.
b. Memberi pengarahan pada klien bahwa sikapnya yang semaunya sendiri
menimbulkan kerugian pada diri sendiri.
c. Menasehati klien untuk tidak terlalu manja kepada siapapun dan
semestinya sebagai anak sulung, klien harus mencontohkan prilaku yang terpuji
kepada adik-adiknya.
d. Menasehati klien agar lebih rajin lagi sekolah dan belajar.
e. Memberikan pengarahan dan penjelasan agar klien memperhatikan
penjelasan dari guru.
f. Menasehati klien agar meningkatkan prilaku kemandiriannya dengan
berusaha meningkatkan sikap tanggung jawab atas tindakannya, berusaha untuk
bersikap tegar dan tidak mudah dipengaruhi orang lain, konsukuen terhadap
tindakannya dan mampu menunjukkan kontrol diri terhadap perilakunya supaya bisa
hidup mandiri.
2. Terhadap Orang Tua
a. Memberikan penjelasan kepada
orang tua yang berpoligami diusahakan untuk selalu membimbing dan memberikan
arahan kepada anaknya terutama dalam proses menuju kemandirian agar menjadi
pribadi yang mantap.
b. Memberikan penjelasan kepada orang tua agar menanamkan pada diri
klien sikap menghormati dan menghargai orang lain.
c. Memberikan penjelasan kepada orang tua bahwa seorang anak itu tidak
hanya memerlukan sebuah materi saja di dalam hidupnya, tetapi juga kasih
sayang, perhatian dari kedua orang tuanya agar anak tersebut menjadi anak yang
lebih kuat.
d. Memberikan penjelasan pada orang tua agar selalu memperingatkan
klien untuk belajar dan selalu menasehati dan memberikan dorongan pada klien
untuk selalu rajin belajar.
e. Memberikan penjelasan pada orang tua agar selalu memperhatikan
kebutuhan sosial anak.
3. Terhadap
Teman Klien
a. Menasehati
teman-teman klien untuk tidak menjauhi klien yang sering bersifat egois
tersebut, malahan
membantu klien untuk berusaha menjadi anak yang sabar.
b. Menasehati
teman-teman klien agar mau menegur dan menasehati klien bila melakukan sebuah
penyelewengan-penyelewengan.
c. Menasehati teman-teman klien agar mau membantu klien bila ada
kesulitan dalam belajar.